Tampilkan postingan dengan label REPORTASE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label REPORTASE. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Februari 2023

Empat Tahun Setelah Unesco Menetapkan Sawahlunto Warisan Dunia

BADAN PENGELOLA BELUM TERBENTUK

REPORTASE Nasrul Azwar, Rahmat Irfan Denas

Mantagisme.com–Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto atau Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto ditetapkan sebagai Warisan Dunia Unesco, Sabtu, 6 Juli 2019 di Kota Baku, Azerbaijan, pukul 12.20 waktu setempat. Penetapan ini diumumkan pada gelaran Sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia.

Penantian panjang ini menjadi momentum yang menegangkan bagi bangsa Indonesia dan rombongan Sumatera Barat yang hadir saat penetapan. Tantangan ke depan ialah benahi Kota Sawahlunto.

Sabtu, 11 Februari 2023

Harmoni di Kota Padang Panjang, Masjid dan Gereja Berdampingan


REPORTASE
Eko Yanche Edrie, Paul Hendri

mantagisme.comBeberapa muslimah di saf perempuan Masjid Muhammadiyah Kompleks Kauman Padang Panjang bersama mengaji tafsir di Minggu siang yang agak redup. Mereka serius sekali mendiskusikan ayat per ayat yang mereka baca dengan dipimpin seorang guru.

Di luar suara kendaraan berlalu-lalang di jalan Lintas Sumatera terdengar agak bising karena masuk lewat jendela-jendela masjid yang memang dibuat tidak rapat. Tapi suara meriah di seberang jalan sebelah barat, di Jalan Urip Sumohardjo juga meningkah, menyeruak di antara pagar pembatas masjid.

Karya Seniman Ibenzani Usman, “Tugu Padang Area” Tetenger Kota Padang

REPORTASE Rahmat Irfan Denas)

mantagisme.com--Ketika orang-orang mendengar Padang, seketika,  bayangan tetenger (tanda khas) apa yang terlintas? Barangkali ada yang berimajinasi Batu Malin Kundang, Pantai Padang, Masjid Raya Sumbar, buah bengkuang, randang, dan lainnya. Tidak banyak yang tahu, jika kota ini punya tetenger yang sarat dengan kandungan sejarah.

Tugu Padang Area, demikian balok huruf menerakan nama monumen yang menjulang di Bundaran Jalan Soetomo, Simpang Haru, Padang. Tugu ini memiliki puncak berbentuk menyerupai lidah api. Tapaknya berbentuk bidang segi tiga yang dikelilingi kobaran api dan dihiasi relief di dinding-dindingnya.

Minggu, 05 Februari 2023

Rumah Gadang, Benteng Terakhir Minangkabau Menunggu Pupus

Laporan Nasrul Azwar, Eko Yanche Edrie, Rahmat Alfi Denas

Rumah gadang basa batuah// Tiang banamo kato hakikat// Pintunyo banamo dalil kiasan//Banduanyo sambah-manyambah//Bajanjang naik batanggo turun//Dindiangnyo panutuik malu//Biliak­nyo aluang bunian

mantagisme.comTamsil atau ungkapan di atas mengemban filosofis yang dalam dan sarat makna. Paling tidak, dalam pengertian denotasi rumah gadang bukan semata karena bentuk fisiknya yang besar (gadang) tetapi lebih jauh pada fungsinya yang besar atau gadang dalam tatanan kebudayaan Minangkabau.

Rumah gadang merupakan karya fisik masyarakat Minangkabau paling agung. Rumah tersebut dibangun dengan ukuran dan bentuk tersendiri yang mengandung nilai filosofis dan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau. Para budayawan mengatakan, rumah gadang merupakan benteng terakhir Minangkabau. Jika lenyap, maka eksistensi Minangkabau berpotensi hilang pula.

Minggu, 15 Januari 2023

Makmur Hendrik, Pandeka dalam Fiksi dan Realitas





OLEH Ka’bati (Perempuan Jurnalis)

mantagisme.com--Banyak gelar yang bisa disematkan pada diri Makmur Hendrik. Namun cara paling cepat untuk mengingatnya adalah lewat novel-novel silat yang dia tulis: Tikam Samurai (1982) dan Giring-Girngi Perak (1983). Lewat karya fiksinya ini, nama Makmur Hendrik seolah abadi di ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Si Bungsu, tokoh dalam novel tersebut menjadi inspirasi bagi kaum muda untuk kembali mencintai olah raga bela diri, silat. Siapa Makmur Hendrik sebenarnya?

Kamis, 05 Maret 2020

Fuji Astuti: “Sumbang Dua Baleh” Cermin Perilaku Perempuan

Dr Dra Fuji Astuti, M.Hum
Padang, mantagibaru.com--Dalam berperilaku, berpakaian dan berkata perempuan Minangkabau diatur dan diikat dengan “Sumbang Duo Baleh. “Sumbang Duo Baleh tersebut merupakan kearifan lokal dalam menjaga tingkah laku perempuan Minangkabau.

Tidak hanya diamalkan untuk kehidupan sosial masyarakat, “Sumbang Duo Baleh juga harus tercermin dalam perilaku dan karya (cipta) seni tari yang ditampilkan di depan publik. Dalam gerak tari yang berbasis Minangkabau, “Sumbang Duo Baleh adalah acuan yang mesti dipedomani perempuan Minangkabau dalam berperilaku dan tampil di depan masyarakat, baik tampil dalam kegiatan pesta perkawinan, maupun dalam acara seremonial.

Menurut Dr Dra Fuji Astuti, M.Hum, dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik, Universitas Negeri Padang, seorang koreografer atau pencipta tari, baik tarian kreasi maupun kontemporer harus terkoneksi dengan “Sumbang Duo Baleh.

Rabu, 04 Maret 2020

“Sumbang Duo Baleh”, Pertahanan Terakhir Minangkabau Tergerus

Tari Padusi karya Tom Ibnur
mantagibaru.com—Pertahanan terakhir Minangkabau ialah ““Sumbang Duo Baleh””, tapi kini nasibnya bak rumah gadang ditinggal kaumnya, yang ringkih kian tergerus zaman dan menunggu roboh. Satu=satu nilai-nilai etika, dan kesantunan Minangkabau, rebah. Yang merebahkannya pemilik Minangkabau itu sendiri.

“Sumbang Dua Baleh” hukum tatakrama dan sosial yang mengatur perilaku dan tindak tanduk perempuan Minangkabau, juga telah babak belur dihantam perilaku sosial perempuan yang terkesan sumbang.   

Selasa, 03 Maret 2020

Sastri Bakry: Perdakan “Sumbang Dua Baleh”

Padang, mantagibaru.com—“Sumbang Dua Baleh” yang jadi acuan etika dan kesopanan, serta perilaku perempuan Minangkabau harus dijaga dan dilestarikan tapi tidak bisa dipaksakan. Jika perlu, “Sumbang Dua Baleh” diperdakan pelaksanaannya.

Menurut Sastri Yunizarti Bakry atau Sastri Bakry salah seorang aktivis perempuan dan sastrawan, poin-poin dalam “Sumbang Dua Baleh” harus disesuaikan dengan zamannya, waktu, dan tempat.

Senin, 02 Maret 2020

Marya Danche: Satampang Baniah Konsisten di Jalurnya

Sanggar Satampang Baniah
Padang-mantagibaruSanggar Satampang Baniah, Padang, yang didirikan pada 1985 ini kini dipimpin Sulastri Andras. Semenjak didirikan, sanggar ini sudah banyak memproduksi karya tari kreasi berbasis Minangkabau, antara lain tari  Dantiang  Balinduang, Pucuak Pisang, Lenggang Dara, tari Indang, tari Pasambahan dan tari Galombang.

Marya Danche, koreografer dan pengelola Sanggar Sitampang Baniah menguraikan, untuk mengantisipasi  perkembangan  zaman, dilakukan reproduksi kreatif terhadap tari dan busana.

Minggu, 01 Maret 2020

“Sumbang Dua Baleh” Banyak Dilanggar Sanggar Seni dan EO Baralek

mantagisme.com—“Sumbang Duo Baleh” hukum sosial dan adat Minangkabau yang tidak tertulis ini masif dilabrak sesuka hati, terutama  dilakukan oleh sanggar-sanggar seni, pengusaha dan pengelola event organizer (EO) baralek pesta pernikahan dan perhelatan di Sumatra Barat.
Foto Internet
Dalam sistem sosial-budaya masyarakat Minangkabau yang disematkan bagi kaum perempuan berupa aturan atau norma disebut “Sumbang Duo Baleh”. Banyak kalangan budayawan, seniman, dan pengamat budaya mencemaskan kondisi ini. Mereka khawatir, tergerusnya nilai-nilai dan norma-norma yang dikandung “Sumbang Dua Baleh” juga akan berdampak pada adat dan budaya Minangkabau secara umum.

Minggu, 16 Februari 2020

DIM (Tak) Mungkin...?

OLEH Yulizal Yunus Datuak Rajo Bagindo (Dosen UIN IB Padang)
Gerakan pendirian Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) kembali muncul sejak 2014. Kita hargai orang tua Minang Mochtar Naim sebagai pelopor utamanya. Tetapi gerakan itu sepertinya masih dominan dari rantau. Ranah termasuk akademisi terkesan tidak peduli, meski sosialisasi sampai hari ini tiada henti.
Pemerintahan Daerah (Pemprov dan DPRD) pun tidak ikut. Tidak dibawa atau tidak menyetujui? Belum lagi kekhatiran kekuatan potensi ekonomi daerah, terasa sekali gerakan DIM ini seperti dalam filososfi “patut (tak) mungkin”.
Pertanyaan banding DIM juga muncul, kenapa tidak “nagari (pemerintahan) kembali ke adat” saja, versi “desa adat” yang dijamin UU 6/2014 disambut Perdaprov 7/2018 tentang nagari adat dan tinggal menunggu Perdakab/kota. Jaminan itu, dalam bentuk perlindungan hak tradisional dan penganggaran APBN untuk menyelenggarakan kewenangan hak-hak tradisionalnya itu di samping urusan pemerintahan. Artinya adat dan pemerintah terintegarasi dijamin, tidak sepertinya nagari sekarang yang hanya urusan pemerintah saja, sedangkan urusan adat tak menjadi kewenangan, hanya sebatas kompetensi. 

DIM Bisa Diwujudkan

Prof Rusdi Muchtar, Mantan Ahli Peneliti Utama LIPI
Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) seharusnya memang bisa diwujudkan karena secara historis Minangkabau memiliki tempat dalam sejarah Indonesia baik sejarah zaman klasik dan modern. Kontribusi putra-putri Minangkabau cukup penting dan signifikan dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Demikian penilaian dan alasan yang dikemukan Prof Rusdi Muchtar, MA, APU, pensiunan Ahli Peneliti Utama Bidang Ilmu Komunikasi dan Budaya pada  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), terkait pentingnya kehadiran Daerah Islam Minangkabau (DIM) menggantikan Provinsi Sumatera Barat.
“Jika dirunut sejarah, pada masa raja-raja dulu, umpamanya Adityawarman yang telah  membangun kerajaan di Melayu Minangkabau hingga pada masa perjuangan kebangsaaan awal abad ke-20, putra-putra Minangkabau banyak berjasa dalam menumbuhkan keinginan merdeka dengan berbagai cara. Itu kontribusi besar yang bisa dijadikan alasan untuk mendapatkan hak istimewa itu,” papar Rusdi Muchtar, yang kini juga mengajar di Ilmu Komunikasi dan Metode Penelitian Komuniasi di Universitas Binus, Universitas Jayabaya, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta kepada, Minggu, 3 Maret 2019.  

DIM Berpotensi Lenyapkan Matrilineal

OLEH Emeraldy Chatra Dosen FISIP Universitas Andalas
Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) menjadikan Minangkabau ‘bertampuk’. Dengan ‘tampuk’ itu kekuatan sel-sel Minangkabau akan mudah dikendalikan.Paham matrilineal yang terbukti dapat menjadi benteng bagi orang Minangkabau dalam mempertahankan tanahnya suatu ketika akan hilang. Demikian penggalan diskusi Komunitas Kato Balega, Padang, Kamis (28/2/2019)di Ladang Nan Jombang Padang.

Utopis atau Cita-cita

DAERAH ISTIMEWA MINANGKABAU
Berawal dari surat terbuka yang ditulis Prof Dr Mochtar Naim pada 13 Desember 2014.  Surat itu berisi ajakan untuk mendeklarasikan berdirinya Provinsi Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) sebagai pengganti Provinsi Sumatera Barat yang ada sekarang.
Sosiolog dan salah seorang pendiri Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Andalas ini mengirimkan secara digital ke pelbagai pihak di Sumatera Barat, termasuk ke Gubernur Irwan Prayitno.

Minggu, 05 Januari 2020

Pedagang di Padang Cenderung Berbahasa Kasar


DR ASLINDA, M.HUM, LINGUIS FIB UNAND
Seorang peneliti bahasa dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang menyebutkan, pedagang di Kota Padang tidak ramah pada pembeli atau pengunjung saat berinteraksi. Ketidaksantunan berkomunikasi ini ancaman pengembangan wisata di Sumatera Barat.
Simpulan itu diperoleh dari riset yang dilakukan terhadap perilaku dan bahasa pedagang terhadap pembeli dan pengunjung, terutama di objek dan destinasi wisata di Kota Padang.
“Kesantunan berbahasa pedagang di objek wisata di Kota Padang jadi objek penelitian saya. Hasil penelitian yang saya lakukan menemukan pedagang kerap kali bersikap tidak ramah kepada pengunjung dan pembeli,” kata Dr Aslinda, M.Hum, Selasa, 9 April 2019 di ruang kerjanya.

Sabtu, 04 Januari 2020

2019, Pemajuan Pariwisata Rata-rata Air


Pada tahun 2019 ini, pemerintah menurunkan target penerimaan devisa sektor pariwisata dari semula US$20 miliar menjadi hanya US$17,6 miliar dengan target kunjungan wisatawan mancanegara  sebanyak 20 juta orang.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menargetkan kunjungan wisatawan lokal pada tahun ini 8,5 juta orang. Tahun sebelumnya, wisatawan nusantara yang datang ke Ranah Minang mencapai 8.073.070 orang. Sedangkan wisatawan mancanegara sebanyak 57.638 orang.

Minggu, 01 Desember 2019

Militansi Kelompok Seni Tradisi Minangkabau

30 TAHUN SANGGAR PALITO NYALO
kelompok Seni Tradisi Palito Nyalo 
bersama dengan Wali Kota Padang Mahyeldi
Militansi sebuah grup atau kelompok seni, khusus seni tradisi Minangkabau, tergambar dari perjalanan panjang Palito Nyalo. Palito Nyalo ialah sebuah kel0mpok atau sanggar atau komunitas yang berbasis pada seni tradisi Minangkabau bermarkas di Kelurahan Limau Manih, Pauh, Padang.
Komunitas Palito Nyalo awalnya merupakan sebuah kelompok yang beranggotakan keluarga dan beberapa kerabat didirikan Djamaluddin Umar pada 14 April 1989. Tujuan dihadirkan Palito Nyalo untuk mengisi acara kesenian dalam perhelatan warga di Pauh dan sekitarnya.

Minggu, 01 September 2019

Ranah Minang Berduka, Sejarawan Indonesia Mestika Zed Berpulang



Prosesi pemakaman Mestika Zed di pandam pekuburan keluarga di Kenagarian Batu Hampa, Kecamatan Akabiluru, Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Mantagisme.com—
Kabar duka datang dari Ranah Minangkabau, Sumatera Barat. Salah seorang putra terbaiknya, sejarawan Indonesia, Prof Dr Mestika Zed, MA, guru besar di UNP dan Unand, meninggal dunia Minggu, 1 September 2019 pukul 08.00 di Rumah Sakit Umum M Djamil Padang. Ia meninggal tersebab serangan jantung mendadak.

Berpulangnya Mestika Zed terkonfirmasi dari ratusan status-status dan ucapan duka cita serta doa-doa di media sosial yang ditulis orang-orang dekat yang mengenalnya dan juga muridnya di pelbagai perguruan tinggi di Sumatera Barat.

Senin, 03 Juni 2019

Kegelisahan Perempuan Minangkabau Diteliti Peneliti Australia

REPORTASE Rahmat irfan denas

Mantagisme.com—Karya sejarah mengenai perempuan Minangkabau pada masa kolonial masih terbatas. Walaupun ada, kajiannya banyak bergantung pada laporan kolonial. Itu pula yang membawa Bronwyn Anne Beech Jones, mahasiswa S-3 Jurusan Spesialisasi Sejarah dan Bahasa Indonesia di Universitas Melbourne, Australia, memulai pelacakannya pada tulisan-tulisan perempuan Minangkabau itu sendiri.

Rabu, 22 Mei 2019

10 Malam Terakhir Ramadan, Musim Iktikaf Telah Tiba


mantagisme.com
Memasuki 20 Ramadan 1440 H atau 10 malam terakhir Ramadan, masjid-masjid di Kota Padang bersiap untuk menyelenggarakan iktikaf.

Pada 10 hari terakhir Ramadan umat Islam dianjurkan untuk semakin memperbanyak ibadahnya. Satu di antara ibadah yang paling dianjurkan adalah iktikaf atau berdiam diri di masjid. Pemerintah Kota Padang mengajak masyarakat beriktikaf di sisa terakhir Ramadan ini.

Kini para pengurus masjid-masjid sudah membentuk panitia kecil untuk menjadi penyelenggara iktikaf di masing-masing musala atau masjid. Tujuannya agar penyelenggaraan iktikaf berjalan tenang dan khusyuk.

Salah satunya yang telah menyiapkan menyambut “waktu emas” di bulan Ramadan itu ialah Masjid Jihad yang beralamat di Jalan Perak II Nomor 2, Kampuang Jao, Padang Barat, Kota Padang, yang sudah tahun ke empat penyelenggaraan iktikaf.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...