Tampilkan postingan dengan label RUANG YUSRIWAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RUANG YUSRIWAL. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Maret 2024

Nazam, Seni Islam Pakiah Geleng

OLEH Yusriwal

 

Foto Dok RKB
Istilah "nazam" dapat dirujuk pada beberapa keterangan. Dalam Kamoes Bahasa Minangkabau-Bahasa Melayoe Riau, terbitan Batavia (Jakarta) 1935, tidak dijumpai kata 'nazam', namun dapat disamakan dengan "nalam", yaitu nazam: banalam-bernazam, bertjerita dengan lagoe teroetama tentang agama atau jang berisi pengadjaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indo­nesia, terbitan Balai Pustaka 1988, ditemukan kata "nalam" dan "nazam". “Nalam” adalah gubahan sajak (syair, karangan); bernalam, membaca puisi atau bercerita dengan lagu; bersajak (bersyair).

SITUS-SITUS RELIGI DI MINANGKABAU: Ruang Pencerdasan Publik yang Menghilang


OLEH YUSRIWAL

Aktivitas jamaah di salah satu surau
di Kabupaten Sijunjung (Foto Dok RKB)

BERMULA ketika melakukan penelitian tentang naskah-naskah kuno, tulisan tangan atau yang juga dikenal dengan istilah manuskrip di Minangkabau karena naskah-naskah itu ditulis dengan menggunakan aksara Jawi atau Arab Melayu atau juga yang dikenal oleh masyarakat dengan Arab Gundul, mau tidak mau, penelitian mengenai manuskrip ini akan terkait dengan sejarah surau, dan para pendirinya. Ternyata, banyak aspek yang terkait dengan surau, masjid, dan perkembangan Islam di Minangkabau.

Rabu, 03 Maret 2021

Nenek-nenek Pelanjut Tradisi “Sagalo Bagandang”

OLEH Yusriwal

Jorong Galogandang masih berselimut kabut, sisa embun yang turun setiap malam, masih terlihat sebagai bintik-bintik bening di dedaunan dan rerumputan. Mentari tidak memperlihatkan wajahnya yang garang, bersembunyi di balik bukit yang mengitari Jorong Galogandang. Jangan berharap dapat melihat matahari pagi di sini. Di samping terhalang oleh perbukitan di utara, kabut dan embun pagi tidak memberi ruang pemandangan kepada siapa pun untuk dapat mengintip matahari pagi. Suasana seperti ini cukup memberikan hawa dingin.

Kamis, 18 Februari 2021

Sopan, Jalur Sejarah yang Merana

OLEH Yusriwal

SETIAP Minggu, di belakang pasar tradisional Kuamang—sebuah daerah yang jaraknya kira-kira 15 km sebelah timur Rao, Pasaman—dapat dilihat pemandangan yang sudah tidak biasa untuk saat ini. Ada sebuah rumah khusus yang berfungsi sebagai penginapan, tempat makan dan minum, yang di belakangnya ditambatkan sekitar 30 ekor kudo baban. Sepintas, suasana seperti itu mengingatkan kita akan suatu tempat dalam film-film koboi Amerika.

Esai: Bukan Esei atau Essei

OLEH Yusriwal


Sejauh yang dapat ditelusuri, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan kata “essei”, yang ada hanya kata “esai”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayan, 1988) esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisanya.

Rabu, 04 Februari 2015

Salawat Dulang, Berawal dari Jamuan Makan

OLEH Yusriwal
Tandikek merupakan kenagarian yang terletak di ujung utara Kabupaten Padang Pariaman atau lebih tepatnya di Kecamatan Patamuan. Selain kenagarian Tandikek, di Kecamatan Patamuan terdapat kenagarian lain, yaitu Kenagarian Sungai Durian yang terletak sebelah selatan Tandikek. Secara geografis, Tandikek sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Agam dan Gunung Tandikek, sebelah barat berbatas dengan Kecamatan V Koto, sebelah selatan berbatas dengan Kenagairan Sungai Durian dan Kecamaatan Padang Sago, dan sebelah timur berbatas dengan Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung dan Bukit Barisan.

Dikia dalam Dimensi Sosial

OLEH Yusriwal
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Di Pariaman—karena dulunya merupakan salah satu pusat pengembangan Islam di Minangkabau—ditemukan banyak kesenian yang berkaitan dengan Islam atau bercirikan Islam (islami). Salah satu kesenian yang bercirikan Islam adalah dikia. Pertunjukan dikia  disebut badikia. Menurut masyarakat Pariaman, kesenian dikia pertama kali diperkenalkan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan. Badikia biasa dilaksanakan di masjid atau surau.

Selasa, 05 Agustus 2014

Jejak Budha dan Hindu di Minangkabau

OLEH Yusriwal, peneliti di Fakultas Sastra Unand
Tidak seorang pun dapat mengingkari bahwa Minangkabau memiliki falsafah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Tentu saja statement ini lahir setelah masuknya agama Islam di Minangkabau atau setelah masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam. Banyak ahli adat menafsirkan bahwa Kitabullah tersebut adalah Alquran. Namun, sebenarnya Kitabullah tersebut dapat saja berarti Taurat, Zabur, atau Injil. Dalam konteks hari ini, Kitabullah yang dimaksud tentu saja Alquran karena kehadiran Alquran membatalkan ketiga kitab suci tersebut.

Baliau Batu Ampa, Lupa Jalan ke Batu Ampa

OLEH Yusriwal, peneliti di Fakultas Sastra Unand

Kompleks Pesantren Batu Ampa 
Ada sebuah pameo, “Tidak ada tanaman yang dapat tumbuh di Batu Ampa (hamparan batu). Namun, sebuah nagari yang bernama Batu Ampa, tidak hanya dapat menghidupi tumbuhan pertanian, tetapi juga menumbuhkan sejarah.
Batu Ampa dalam bahasa Minangkabau berarti “hamparan batu”. Memang, dulunya daerah ini adalah daerah bebatuan. Setiap mencangkul tanah ditemukan batu-batu. Oleh sebab itulah, disebut Batu Ampa. Namun, sekarang nagari ini sudah menjadi daerah pertanian yang cukup subur.

Rabu, 16 Juli 2014

Erotisme (Bukan Pornografi) dalam Sastra

OLEH Yusriwal
Peneliti Fakultas Sastra Unand
I
Selama ini, kita cenderung menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan seks adalah erotisme. Anggapan seperti itu merupakan suatu kesalahan, sekaligus menimbulkan suatu pertanyaan: apa bedanya dengan pornografi?
Secara sederhana erotisme memang berbeda dari pornografi. Erotisme adalah keinginan seksual yang mempengaruhi tokoh-tokoh dalam karya sastra, sedangkan pornografi adalah keadaan seksual yang dapat mempengaruhi pembaca atau audiens. Erotisme berpengaruh ke dalam dan pornografi berpengaruh ke luar. Akan tetapi, persoalannya tidak sesederhana itu.

Rabu, 30 April 2014

Estetika Seni Posmodern di Indonesia

OLEH Yusriwal

Peneliti di Fakultas Sastra Unand

Postmodernisme sering disalahpahami sebagai penolakan terhadap modernitas, dan kerap diidentikkan dengan khaos, ketidakteraturan, kesemana-menaan[1].

Posmodernisme muncul sebagai antitesis terhadap kebekuan modernisme, bukan antitesis terhadap modernisme. Sementara sebagian kalangan berangggapan, kemunculan posmodernisme adalah harapan baru bagi masa depan dunia karena dengan posmodern keberagaman akan tampil sebagai sebuah nilai unggul dalam kehidupan manusia. Dengan begitu tidak akan ada lagi klaim sesuatu atas sesuatu karena kebenaran hidup adalah milik bersama dan setiap orang berhak mengucapkan serta menjalankan kebenaran itu menurut keyakinan dan caranya  sendiri. 

Minggu, 27 April 2014

Kepekatan Minangkabau dalam Puisi Chairil Anwar

OLEH Yusriwal
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Di pusara Chairil Anwar
Indonesia telah kehilangan seorang pujangga dengan meninggalnya Chairil Anwar pada 28 April 1949. Dia meninggal di sebuah rumah sakit di Jakarta karena penyakit paru-paru dan radang usus. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan Karet, Jakarta.
Chairil Anwar dilahirkan di Medan 26 Juli 1922 dari pasangan Tulus dan Saleha, yang berasal dari Minangkabau. Secara geneologis, Chairil Anwar adalah orang Minangkabau. Lalu bagaimana secara budaya?

CHAIRIL ANWAR: Hidup hanya Menunda Kekalahan

OLEH Yusriwal
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Lima puluh empat tahun yang lalu, tepatnya 28 April 1949, dunia kesusastraan Indonesia kehilangan seorang maestro sastra: meninggalnya penyair besar Chairil Anwar. Ia mati muda, dalam usia 27 tahun. Namanya tidak terkubur, walaupun tulang belulangnya mungkin sudah hancur. Siapa pun yang belajar kesusastraan Indonesia, mau atau tidak, pasti akan berhubungan dengan Chairil Anwar dan karya-karyanya. Mengapa?

Selasa, 01 April 2014

Estetika dalam Perspektif Budaya Minangkabau

OLEH Yusriwal
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Ukiran pandai sikek di rumah gadang 
Masalah estetika cukup rumit karena bidang ini bukan hanya sebatas seni dan filsafat. Untuk memahami estetika, beberapa hal perlu diperhatikan: 1) apresiasi terhadap seni mencakup pengamatan (mendengarkan, membaca, dan lain-lain) pada situasi dan modus yang berbeda sehingga seseorang dapat menikmati dan meresapi segala sesuatu yang terpendam dalam karya tersebut. Apresiasi sering melibatkan berbagai kalangan seperti dosen, pencinta seni, serta melalui berbagai cara seperti peragaan, percakapan formal, dan bahkan dengan mengulangi secara diam-diam; 2) kritik terhadap karya seni terdiri atas kata-kata, yaitu kata-kata tentang karya seni dan dirancang untuk lebih memahami dan mengapresiasi karya seni (gaya atau periodenya) dengan cermat. 

Senin, 31 Maret 2014

Prolog tentang Buku Estetika Minangkabau


Yusriwal
Tidak banyak buku tentang estetika terdapat dalam bahasa Indonesia yang dapat digunakan sebagai buku sumber atau buku teori untuk menelaah objek estetika. Beberapa buku dapat disebutkan di sini, antara lain Estetika Filsafat Keindahan (Mudji Sutrisno, 1993), Estetika Sebuah Pengantar (Djelantik, 1999), Filsafat Estetika (Anwar, 1985), Filsafat Seni (Jakob Sumarjo, 2000), dan ada 4 buah buku tentang Estetika dari The Liang Gie.
Namun dalam bahasa Inggris terdapat cukup banyak buku estetika yang dapat dapat digunakan sebagai sumber teori dalam penelaahaan objek estetika. Namun, karena keterbatasan bahasa menjadikan buku-buku tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal.

Selasa, 21 Januari 2014

Konsep Kesenian dan Islam di Minangkabau



OLEH YUSRIWAL
Peneliti Fakultas Sastra Unand

Seni itu seperti sebuah mata uang legate yang pada satu sisi bersifat universal dan pada sisi lain bersifat lokal karena dipengaruhi oleh latar belakang penciptanya. Seorang kreator seni akan dipengaruhi oleh kebudayaan dan keyakinan yang melatarbelakanginya. Seandainya ia berasal dari Minangkabau yang sudah tentu beragama Islam, nilai-nilai Islam dan kebudayaan Minangkabau itu akan tercermin dalam karya yang diciptakannya. Kenyataan memang demikian, sangat banyak kesenian Minangkabau yang sangat erat kaitannya dengan agama Islam. Salawat dulang, dikia, indang, dan tabui, adalah beberapa contoh kesenian Minangkabau yang bernapaskan Islam.

Dalam Kaba, Orang Minang Sukses Merantau



OLEH YUSRIWAL
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Adaptasi kaba Lareh Simawang
Minangkabau banyak memiliki tradisi lisan. Tradisi ini masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Untuk beberapa contoh dapat disebutkan, antara lain rabab pasisia, yaitu cerita yang dinyanyikan dengan iringan alat musik rabab, dendang pauah, cerita yang dinyanyikan dengan iringan saluang; basimalin, menyanyikan cerita Malin Deman; basijobang, menyanyikan cerita Anggun nan Tungga Mogek Jobang dengan iringan kecapi atau ketukan kotak korek api yang dipukulkan ke lantai dengan cara tertentu.

Senin, 13 Januari 2014

Legenda Malin Kundang Manifestasi Matrilineal

OLEH Yusriwal
Pengajar Peneliti dan Pengajar Fakultas Sastra Unand

Batu Malin Kundang di Pantai Aie Manis Padang
Cerita Malin Kundang adalah sebuah legenda yang hidup di Minangkabau, wilayah budaya yang luasnya meliputi kurang lebih wilayah Provinsi Sumatra Barat. Legenda ini merupakan legenda perseorangan, yaitu mengenai seorang tokoh bernama Malin Kundang, yang dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat pendudukungnya (Danandjaya, 1992: 73). Sebagai bukti dari legenda tersebut, sampai saat ini masih dapat ditemui sebuah batu yang menyerupai kapal pecah, terdampar di muara sungai, di Kelurahan Aia Manih, Kecamatan Padang Selatan, Padang, yang berada di bagian pantai barat Pulau Sumatra.

Jumat, 03 Januari 2014

Manuskrip Minangkabau, Berawal dari Surau

OLEH Yusriwal
Pengajar dan Peneliti Fakultas Sastra Unand
 
Naskah-naskah di Surau Bintuangan
Banyak penulis dan sastrawan Indonesia yang berasal dari Minangkabau, namun Minangkabau adalah salah satu kebudayaan di Sumatera yang tidak memiliki aksara. Setidaknya, belum pernah ditemukan manuskrip yang menggunakan aksara Minangkabau. Bukan berarti di Minangkabau tidak pernah ada tradisi tulis.
Diperkirakan bahwa tradisi tulis di Minangkabau dibawa oleh agama Islam. Hal itu dapat dilihat, misalnya pada manuskrip Minangkabau yang pernah ada, yang ditulis dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Minangkabau atau Melayu, tetapi menggunakan aksara Arab yang dikenal dengan aksara Arab Melayu atau huruf Jawi.

Selasa, 31 Desember 2013

Estetika dalam Perspektif Budaya Minangkabau

OLEH Yusriwal
Pengajar dan peneliti di Fakultas Sastra Unand
YUSRIWAL
Masalah estetika cukup rumit karena bidang ini bukan hanya sebatas seni dan filsafat. Untuk memahami estetika, beberapa hal perlu diperhatikan: 1) apresiasi terhadap seni mencakup pengamatan (mendengarkan, membaca, dan lain-lain) pada situasi dan modus yang berbeda sehingga seseorang dapat menikmati dan meresapi segala sesuatu yang terpendam dalam karya tersebut. Apresiasi sering melibatkan berbagai kalangan seperti dosen, pencinta seni, serta melalui berbagai cara seperti peragaan, percakapan formal, dan bahkan dengan mengulangi secara diam-diam; 2) kritik terhadap karya seni terdiri atas kata-kata, yaitu kata-kata tentang karya seni dan dirancang untuk lebih memahami dan mengapresiasi karya seni (gaya atau periodenya) dengan cermat. Kritik terhadap seni merupakan cara untuk mencapai tujuan akhir yang lazim dilakukan di akademi/universitas yang mengurusi seni, sastra, musik, lukisan, pahat arsitek dan tari dengan melibatkan orang yang begitu telaten di bidangnya; dan 3) estetika termasuk bidang filsafat. Dalam estetika kita mencoba mengklarifikasi konsep yang dipakai dalam berpikir dan berbicara tentang objek pengalaman estetika (yang umumnya adalah karya seni, objek alam, pohon, matahari, lereng bukit dan manusia itu sendiri). Di antara konsep-konsep yang dipakai secara konstan untuk membicarakan estetika adalah Estetika (keindahan), nilai keindahan, makna estetika, simbolisme, representasi, ekspresi, kebenaran, dan seni.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...