Tampilkan postingan dengan label ESAI SOSIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ESAI SOSIAL. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Maret 2024

Alahan Panjang, Si Cantik yang Belum Dirias


OLEH
Agus Taher (Budayawan)

Dengan ketinggian 1.400-1.600 m dpl, maka Alahan Panjang menjadi kawasan ibu nagari paling tinggi di Sumatera Barat.  Sementara Kota Bukittinggi sekitar 900 m dpl dan Kota Padang Panjang hanya 650-850 m dpl.

Soal Terminal Alahan Panjang, Berpulang kepada Komitmen


OLEH  
Gamawan Fauzi Datuak Rajo Nan Sati

 


MINGGU lalu, saat saya pulang kampung ke Alahan Panjang, Kabupaten Solok, masyarakat heboh soal pembongkaran bangunan liar di Terminal Alahan Panjang yang dikuasai Pemkab Solok. Seperti biasa, selalu saja ada pro kontra. Pemilik bangunan selalu punya alasan klasik yang kalau didengar sepotong sepotong, bisa membuat terenyuh.

Rabu, 10 Februari 2021

Memahami Dunia Penerbitan dan Kepenulisan: Perbandingan antara Yogyakarta dan Sumatra Barat

OLEH  Prof. Dr. Damsar, MA (Guru Besar FISIP Unand)

Pendahuluan

Tidak mudah memang, untuk memperbandingkan antara dua komunitas yang berbeda dalam memahami dunia. Namun suatu perbandingan diperlukan dalam memahami suatu kenyataan.

Didasari bahwa perbandingan bukan merupakan satu-satunya jalan untuk memahami kenyataan, tetapi ia dimengerti sebagai salah satu jalan. Oleh karena itu, dengan keterbatasan yang ada, dibuatlah perbandingan dalam memahami kenyataan.

Senin, 14 Desember 2020

Opsi Multifungsi Melawan Banjir di Kota Padang

OLEH Agus Taher (Peneliti dan Seniman)


Dulu, sekitar tahun 2004 di Balitbang provinsi Sumbar, ketika mendiskusikan penanganan banjir di Kota Padang, ada gurauan diantara rekan-rekan akademisi bahwa UNP dan Unand ikut andil sebagai penyebab maraknya banjir Kota Padang. Yang satu bilang, lokasi Unand di pinggang bukit memicu hantaman banjir makin kuat, akibat sebagian wilayah pebukitan terbuka, sementara jarak antara bukit dan pantai sangat pendek, sekitar 15-20 km.  Yang lain bilang, UNP berlokasi di wilayah resepan air, daerah cekungan, sehingga genangan air cepat  terjadi.  Itu garah tingkat tinggi, yang kemudian lenyap ketika diskusi aktual tentang banjir berakhir.

Senin, 06 April 2020

Drakula Amanah

OLEH Duski Samad (Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang)


Judul artikel seperti di atas adalah konklusi penulis setelah mendengar,mencermati dan menganalisis berita yang begitu deras di media mainstrem dan media sosial dalam menyampai kan kasus operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap anggota DPR RI dan dua orang pejabat Kanwil Kemenag Jawa Timur dan Kemenag Gresik.

Pencincangan kasus OTT Romi dan dikaitkan dengan Kemenag dijadikan judul pada talkshow paling banyak diminati, ILC TV ONE, Selasa, 19 Maret 2019, telah membuka tabir, membuka aib, mengunyah keburukan, menguliti berbagai keadaan yang terkait dengan pelaksanaan amanah jabatan di lembaga negara yang menyandang nama sakral, agama.

Jumat, 29 Juli 2016

"Cerita Busuk dari Seorang Bandit": Kesaksian Bertemu Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan (2014)

OLEH HARIS AZHAR (KONTRAS)

Di tengah proses persiapan eksekusi hukuman mati yang ketiga di bawah Pemerintahan Joko Widodo, saya menyakini bahwa pelaksanaan ini hanya untuk ugal-ugalan popularitas. Bukan karena upaya keadilan. Hukum yang seharusnya bisa bekerja secara komprehensif menyeluruh dalam menanggulangi kejahatan ternyata hanya mimpi. Kasus Penyeludupan Narkoba yang dilakukan Freddy Budiman, sangat menarik disimak, dari sisi kelemahan hukum, sebagaimana yang saya sampaikan dibawah ini.

Sabtu, 04 Juni 2016

Membaca Ulang Pemikiran Tan Malaka dalam Gerpolek[1]

OLEH Virtuous Setyaka, S.IP., M.Si.[2]

Virtuous Setyaka
“BERUNDING ATAS PENGAKUAN KEMERDEKAAN 100 % SERTA MENUNTUT PENSITAAN HAK-MILIK-MUSUH.[3]

Belanda Peminta Tanah!
Setelah dapat tanah sebidang, maka dipagarilah tanah itu. Sepanjang pinggir pagar itu ditanamilah ubi jalar (merambat). Ubi itu menjalar kian kemari keluar pagar menuju ke-empat penjuru alam. Setelah cukup jauh menjalar keluar, maka diangsurnyalah pagar yang semula itu, supaya dapat meliputi ubi yang sudah menjalar kian kemari itu. Memang ubi itu adalah Hak Miliknya…katanya: dan tanah BARU yang diliputi oleh ubinya itupun, adalah Hak Miliknya pula...katanya selanjutnya! Demikianlah Belanda terus menjalankan dan memagari ubinya itu sampai puas hatinya..!!!

Selasa, 05 Januari 2016

Jurnalisme Baru: Kembalilah ke Akar

OLEH ARYA GUNAWAN (Jurnalis)
Majalah berita mingguan yang bermarkas di London, The Economist edisi terbaru (24 Agustus 2006) menurunkan laporan utama dengan judul provokatif, Who Killed the Newspaper? Laporan tersebut mengupas kondisi terakhir yang tengah dihadapi oleh surat kabar di seluruh dunia, yang secara umum menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah tiras.

Senin, 04 Januari 2016

Senjakala Surat Kabar dan Kebangkitan Jurnalisme Digital

OLEH Wahyu Dhyatmika (Jurnalis)
Rasanya tidak berlebihan kalau saya mengatakan hampir semua jurnalis di Indonesia beberapa hari terakhir ini pasti mengikuti dengan penuh perhatian perdebatan di media sosial soal media cetak versus media digital. Perdebatan ini dimulai ketika wartawan senior Harian Kompas, Bre Redana menulis catatan berjudul "Inikah Senjakala Kami..." di Kompas edisi 28 Desember 2015.

Rabu, 30 Desember 2015

Jangan Bersedih, Pak Bre Redana…

OLEH WISNU PRASETYA UTOMO
Jika Anda ingin bicara mutu media cetak yang lebih tinggi ketimbang media daring, maaf, Pak Bre Redana, Anda gagal.

Badai Senjakala Media Cetak Memang Sudah Dekat, Kapten Bre Redana

OLEH IRWAN BAJANG (Editor, Penulis dan Pekerja Buku)
Usai membaca “Inikah Senjakala Kami”… tulisan Bre Redana yang saya dapatkan dari tautan dinding facebook seorang teman, saya segera menjentikkan jari ke tombol share tulisan tersebut. Tak lupa saya sisipkan tulisan pendek untuk ngeksis sekaligus sebagai status facebook saya; “Ya gimana nggak ditinggalkan, esai di koran ini bahkan tidak ngomong apa-apa. Astaga! Bahkan di titik krusial ketika sedang membicarakan senjakala dan ketertinggalan dirinya sendiri. Parah.”

Inikah Senjakala Kami...

Tulisan Bre Redana ini banyak mendapat respons dari publik. Berikut kami turunkan tulisan-tulisan yang dimuat di pelbagai media online yang menanggapi tulisan ini. -Redaksi


OLEH BRE REDANA (Wartawan Senior Harian Kompas)
Belakangan ini, seiring berlayarnya waktu, kami wartawan media cetak, seperti penumpang kapal yang kian dekat menuju akhir hayat. Terakhir, di penghujung tahun, Ignatius Haryanto, pengamat pers yang luas referensinya, salah satu anggota Forum Ombudsman surat kabar kami, memberikan notifikasi dengan judul Senjakala Suratkabar di Indonesia? Pertanyaan lebih lanjut ia ajukan: apakah ini akhir dari peradaban surat kabar cetak saat ini?

Sabtu, 14 November 2015

Sidang Rakyat Tragedi 1965

Anne-Ruth Wertheim, putri pendiri Komite Indonesia, Wim Wertheim, menyatakan Pengadilan Rakyat Internasional atas Kejahatan Kemanusiaan periode 1965 di Indonesia atau International People’s Tribunal (IPT) 1965 merupakan penantian yang telah lama didambakan dunia internasional.

Minggu, 08 November 2015

Bunuh Diri Kelas (Beberapa Refleksi tentang Gerakan Mahasiswa)

OLEH Muhammad Al-Fayyadl
Banyak orang gundah, terutama mereka yang di luar, melihat dinamika gerakan mahasiswa di bawah rezim “Reformasi”. Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa semakin sepi dari aktivis: daripada terjun ke dalam dunia gerakan yang menyita energi, mahasiswa lebih memilih hidup bersantai di kampus, atau mungkin berjualan dan berbisnis. (Bukankah itu lebih menguntungkan? Dan lebih menyejahterakan?) Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa, yang dari segi kuantitas itu semakin sedikit (atau setidaknya stagnan), masih saja tercerai-berai oleh perseteruan “dalam negeri”, friksi antarteman, dan tentu saja perbedaan kepentingan. Sebagian lagi gundah, melihat gerakan mahasiswa yang semakin tidak jelas tujuannya. Lihat saja, berapa gerakan mahasiswa yang masih konsisten dengan misi awalnya memberdayakan kemampuan intelektual mahasiswa dan mengasah kepekaan mereka pada realitas sosial? Sebagai bandingan (yang tentu saja tidak sebanding), lihat juga, berapa gerakan mahasiswa yang semakin mendekat pada pusat-pusat kekuasaan, tempat-tempat modal dan kucuran dana mengalir dengan derasnya?

Kamis, 05 November 2015

Lembaga Pendidikan Gagal Menanamkan Orientasi Pendidikan

OLEH Mayonal Putra
Staf Pengajar LPGM-Padang dan Anggota LPPI Sumatera Barat
Sekolahlah tinggi-tinggi, kelak kau akan kaya, akan mendapatkan pekerjaan yang hebat, akan melepaskan keluargamu dari jeritan kemiskinan, akan…” Pesan seorang ayah kepada anaknya.
Apa jadinya, kalau pemahaman tentang kebergunaan pendidikan itu hanyalah mendapatkan pekerjaan dengan upah layak. Tidak sedikit orangtua, menjadikan orientasi masuk sekolah/perguruan tinggi tetentu, bagi anak-anaknya, mengharapkan kelak si anak dapat pekerjaan yang mampu mendongkrak stratafikasi sosial keluarga. Orientasi pendidikan yang pragmatis ini, akan cenderung menghasilkan individu-individu yang pragmatis pula, dikemudian hari.

Politisasi Pendidikan

OLEH Israr Iskandar
Pengajar Sejarah Politik FIB Universitas Andalas Padang
Tulisan Nora Eka Putri “Dunia Pendidikan, Kejujuran yang Kian Langka” tak hanya mengonfirmasikan karut marut dunia pendidikan, tapi juga dampak sistemiknya terhadap sistem nilai  dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (baca: link ini). Republik ini kian terjebak dalam siklus ketidakjujuran.

Kejujuran yang Kian Langka dalam Dunia Pendidikan

OLEH Nora Eka Putri

Dosen Fakultas Ilmu Sosial UNP

Pendidikan, tidak saja mengajarkan keilmuan akan tetapi juga sikap dan tingkah laku, sehingga sering kita dengar dalam pepatah usang maupun kiasan kontemporer bahwa orang yang berilmu adalah orang yang jujur dan menjadi teladan bagi orang lain.

Memajukan Pendidikan Pamong

OLEH Djohermansyah Djohan 
Penulis Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan
Ketersediaan sumber daya aparatur negara atau biasanya disebut sebagai pamong yang menguasai bidang pekerjaannya secara profesional, baik yang hadir secara otodidak maupun melalui lembaga pendidikan pamong, merupakan salah satu kekuatan bagi terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik.

Jumat, 05 Juni 2015

RIWAYAT DANA 5 JUTA DOLAR SUMBANGAN RAJAWALI: Ada Apa dengan Yayasan Beasiswa?

Bagian akhir dari 4 tulisan
OLEH Hasril Chaniago (wartawan senior)

Penyerahkan dana sumbangan PT Rajawali Corpora kepada Pemda dan masyarakat Sumatera Barat dilaksanakan di Kantor Gubernur Sumbar pada hari Selasa, 3 Oktober 2006. Penandatanganan dilakukan oleh Wakil Gubernur Sumbar Marlis Rahman dan Managing Director PT Rajawali Corpora Darjoto Setyawan, disaksikan oleh Gubernur dan pimpinan DPRD Sumbar. Diundang juga tokoh-tokoh masyarakat Sumbar yang dulu aktif dalam perjuangan spin off PT Semen Padang.

RIWAYAT DANA 5 JUTA DOLAR SUMBANGAN RAJAWALI: Gubernur Cs Diisukan sebagai Broker

Bagian 3 dari 4 Tulisan

OLEH Hasril Chaniago (wartawan senior)
Pabrik Semen Padang Indarung I  
Setelah Gubernur Gamawan Fauzi menghadap Wakil Presiden Jusuf Kalla, permintaan daerah yang diajukan gubernur diterima oleh pemerintah. Wakil Presiden lalu menugaskan Menteri BUMN Sugiharto melakukan negosiasi dengan Cemex dan mencari investor nasional untuk membeli saham Cemex di PT SGG.
Orang yang diminta jasanya langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai mediator atau konsultan proses negosiasi ini adalah Gita Wiryawan (kelak menjadi Kepala BKPM dan Menteri Perdagangan dalam Kebinet Indonesia Bersatu II). Gita yang waktu itu menjabat Direktur Utama JP Morgan Indonesia kebetulan teman sama kuliah dengan Presiden Meksiko Felipe Calderon di Harvard Business School, Amerika.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...