Tampilkan postingan dengan label RUANG KAMARDI RAIS DT P SIMULIE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RUANG KAMARDI RAIS DT P SIMULIE. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Maret 2024

Kenang-kenangan Luitenant Boelhouwer: Kenapa Pak Bupati dan Camat Enggan Menulis?

OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie

Seorang tabib (dokter) bangsa Belanda, yang datang dari Batavia (sekarang Jakarta), pada suatu hari pergi berburu di hutan sekitar Kota Padang kira-kira setengah jam dari pusat kota. Demikian sebuah catatan penting dan menarik yang ditulis oleh Letnan I Infanterie J.C. Boelhouwer, seorang komandan pasukan Belanda yang bertugas di Padang, Pariaman, Air Bangis, dan lain-lain pada tahun 1831-1834. Ia menulis kenangan-kenangannya itu di bawah judul Sumatra’s Westkust,”Gedurende de jaren 1831-1834.

Kamis, 14 Maret 2024

Pemilihan Umum 1955, Siapa Wakil Rakyat Sumatera Tengah?

OLEH Kamardi Rais Datuk Panjang Simulie

 

Pemilu 1955 di Indonesia

PEMILIHAN Umum tahun 1955 yang dilaksanakan oleh  kabinet “BH” (Burhanuddin Harahap) dari Masyumi  didasarkan kepada UU No. 7/1953. Pemilihan Umum di waktu itu dilaksanakan dua kali. Artinya dua kali setiap warga negara yang sudah wajib pilih pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara).

 Yang pertama pada tanggal 29 September 1955 dan yang kedua 15 Desember 1955. Yang pertama untuk memilih anggota parlemen RI (DPR-RI) yang kedua untuk memilih anggota Majelis Konstituante atau Dewan membuat Undang-Undang Dasar (Konstitusi).

Senin, 22 Februari 2021

Philanthropy dan Civil Society: Lunturnya Harga Diri dan Solidaritas Sosial Masyarakat Minangkabau

OLEH Kamardi Rais Datuk Panjang Simulie

Festval Sitti Nurbaya Padang (FOTO/Antara)

mengambil kata philanthropy bagaikan hendak  mencari kampak  padahal beliung telah disandang atau hendak mencari pisau sementara sakin sudah tersisip di pinggang.

Apa maksudnya?

Philanthropy artinya cinta mencintai dan punya jiwa keder-mawanan. Yang namanya orang Minangkabau itu diajarkan hidup penuh kasih sayang, cinta mencintai satu sama lian, kasih mengasihi, tolong-menolong, solidaritas yang tinggi, dan lain-lain.

Situjuh Batur Sebagai Cagar Sejarah

 OLEH Kamardi Rais Datuk Panjang Simulie

Monumen Peristiwa Situjuah. (Foto/mp Zaimul Haq Elfan Habib)

Dua puluh satu tahun yang lalu, 15 Januari 1969, mantan Gubernur Militer Sumatera Barat dan salah seorang tokoh penting PDRI hadir di Situjuh Batur. Dia adalah Mr. Sutan Moh. Rasjid yang datang bersama putranya Iwan Rasjid. Dari Padang, mantan Gubernur Militer Sumatera Barat itu diantar oleh seorang sumando Ahmad Nurdin, SH. yang waktu itu menjabat Wali Kota Sawah Lunto. Rombongan lainnya, kami bersama A.I.Dt Bandaro Panjang yang waktu itu Kepala Kantor Veteran Sumatera Barat dan kebetulan juga putra Situjuh Batur.

Senin, 07 Oktober 2019

Menjemput Raja Malewar ke Pagaruyung untuk Menjadi Raja di Negeri Sembilan

OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie

H. Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie menjabat tangan Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan, Malaysia, DYMM Tuanku Jaafar ibnu Tuanku Abdur Rahman sesampainya di Pagaruyung pada tahun 1985. Tuanku diantar oleh Bupati Tanah Datar Ikasuma Hamid dan kerabat Pagaruyung Sutan Indrawansyah.
Saya bawa pembaca lebih dahulu mengenal tentang perantauan orang Minangkabau di Negeri Sembilan Darul Khusus, Semenanjung Tanah Melayu.
Jiwa perantau orang Minangkabau memang sudah berlangsung sejak beberapa abad yang lampau. Pada abad ke-12 Masehi, ada catatan yang mengatakan orang Minangkabau sudah menetap di Pulau Temasik, Singapura sekarang.

Senin, 02 September 2019

Pidato Pati Ambalau: H. M. Taufiq Kiemas Gelar Datuak Basa Batuah dan Ibu Megawati Soekarno Putri Gelar “Sangsako” Adat Puti Reno Nilam

OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
ASSALAMUALAIKUM Wrahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahi robbil ‘alamin, washsholatu wassalam, ‘ala asyrofil anbiya-i wal mursalin, wa ashhabihi ajma’in.
Yang kami sanjung tinggi Presiden Republik Indonesia, Ibu Megawati Soekarno Putri. Yang kami sanjung tinggi, H. M. Taufiq Kiemas gelar Datuak Basa batuah. Yang kami hormati para Menteri Kabinet Gotong-royong. Yang mulia para Duta Besar negara sahabat.

Rabu, 20 September 2017

Orientasi Umum tentang Adat Minangkabau

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie (Ketua Umum LKAAM Sumbar)
Judul yang diberikan kepada saya dalam ceramah ini adalah Orientasi Umum tentang Adat Minangkabau sebagaimana tertera dalam makalah ini.
Suatu orientasi umum tentulah amat luas cakupannya. Karena luasnya tentulah akan meminta waktu yang panjang. Sementara waktu yang telah dijadwalkan belumlah tersedia untuk itu. Barangkali yang dapat dikemukakan dalam ceramah ini hanya beberapa aspek saja tentang adat tersebut.

Sabtu, 16 September 2017

Orang Minang Berkiblat ke Baitullah, Sumpah Satie Bukik Marapalam II?

(Mengenang Kembali Tiga Seminar Minangkabau (III-Habis)
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Mantagibaru kali menurunkan tiga tulisan wartawan senior almarhum Kamardi Rais. Ia salah seorang yang berprofesi jurnalis sekaligus sosok ninik mamak yang memahami adat istiadat dan budaya Minangkabau, serta menjadi Ketua Umum LKAAM Sumbar. Tiga tulisan Kamardi ini memotret fenomena yang terjadi dalam tiga kali peristiwa budaya, yakni seminar tentang Minangkabau yang digelar berturut-turut (1968, 1969, dan 1970). Setelah ini, tak ada seminar Minangkabau yang sedalam dan selengkap ini digelar. Berikut  tiga tulisan itu diturunkan secara berkala per minggu, tentu setelah dilakukan penyuntingan.

Sabtu, 09 September 2017

PRRI Lahir di Padang, Awalnya Gerakan Koreksian Kemudian “Dihajar” Pusat

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie
“Ketika orang menaikkan bendera putih ketundukkan kepada musuh, namun kami tetap berjuang dengan mengorbankan harta dan jiwa untuk menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang tercinta ini di bawah pimpinan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) yang berkantor di bawah pohon-pohon kayu dalam rimba raya Sumatera.” (Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad Husein)
Kolonel Ahmad Husein, duduk paling kanan, dalam pertemuan rapat yang membahas PRRI
Pada penghujung tahun 1957 situasi Tanah Air kita semakin panas. Seakan-akan bara api yang siap nyala membakar daun-daun kering yang berserakan di persada Tanah Air. Belum setahun gerakan-gerakan daerah seperti pengambilalihan jabatan Gubernur Sumatera Tengah oleh Ketua Dewan Banteng A. Husein dari tangan gubernur sipil Ruslan Muljohardjo, Gubernur Sumatera Utara Komala Pontas oleh Simbolon, Gubernur Sumatera Selatan Winarno oleh Barlian. Kabinaet Ali II memang sudah jatuh digantikan oleh Kabinet Djuanda yang dibentuk oleh formatur tunggal Bung Karno. Keadannya semakin tidak berdaya menyelesaikan kemelut Tanah Air yang chaos di segala bidang: politik, ekonomi, sosial, keamanan, dan pemerintahan.

Hamka: Sebagian Besar Isi Buku “Tuanku Rao” Bohong dan Dusta

(Mengenang Kembali Tiga Seminar Minangkabau (II)
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Mantagibaru kali menurunkan tiga tulisan wartawan senior almarhum Kamardi Rais. Ia salah seorang yang berprofesi jurnalis sekaligus sosok ninik mamak yang memahami adat istiadat dan budaya Minangkabau, serta menjadi Ketua Umum LKAAM Sumbar. 
Tiga tulisan Kamardi ini memotret fenomena yang terjadi dalam tiga kali peristiwa budaya, yakni seminar tentang Minangkabau yang digelar berturut-turut (1968, 1969, dan 1970). Setelah ini, tak ada seminar Minangkabau yang sedalam dan selengkap ini digelar. Berikut  tiga tulisan itu diturunkan secara berkala per minggu, tentu setelah dilakukan penyuntingan. 
Tibalah saatnya saya menguraikan seminar kedua yang juga berlangsung di Padang 23-26 Juli 1969 persis setahun setelah seminar Hukum Waris dan Hukum Tanah bulan Juli 1968.
Seminar kedua ini juga suatu kenangan yang tak bisa saya lupakan terutama karena berlangsung dalam atmosfir kebebasan intelektual.
Topik seminar adalah “Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau” tapi lebih terfokus kepada Perang Padri (1803-1837). Perang Padri merupakan episode sejarah perkembangan Islam di Minangkabau dirangsang oleh sebuah buku yang dikarang oleh putra Batak Ir. Magaraja Onggang Parlindungan Tuanku Rao yang diterbitkan pada tahun 1964 oleh Penerbit Tanjung Pengharapan Jakarta.

Kamis, 24 Agustus 2017

Hazairin: Rekam Pendapat Saya Ini dan Putar di Depan Soeharto

(Mengenang Kembali Tiga Seminar Minangkabau (I)
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Pengantar 
Mantagibaru kali menurunkan tiga tulisan wartawan senior almarhum Kamardi Rais. Ia salah seorang yang berprofesi jurnalis sekaligus sosok ninik mamak yang memahami adat istiadat dan budaya Minangkabau, serta menjadi Ketua Umum LKAAM Sumbar.  
Tiga tulisan Kamardi ini memotret fenomena yang terjadi dalam tiga kali peristiwa budaya, yakni seminar tentang Minangkabau yang digelar berturut-turut (1968, 1969, dan 1970). Setelah ini, tak ada seminar Minangkabau yang sedalam dan selengkap ini digelar. Berikut  tiga tulisan itu diturunkan secara berkala per minggu, tentu setelah dilakukan penyuntingan. .
Di antara tahun 1968-1970 (hampir 40 tahun silam) telah berlangsung tiga seminar di Sumatera Barat. Seminar pertama dengan topik “Hukum Tanah dan Hukum Waris” bertempat di Aula Fakultas Hukum Unand Padang pada tanggal 21-25 Juli 1968.

Bintang seminar waktu itu adalah Prof. Dr. Hazairin, S.H. dan Prof. Dr. Hamka. Keduanya sudah almarhum.
Seminar kedua juga berlangsung di Padang, pada tanggal 23-26 Juli 1969 dengan topik “Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau”.
Bintang seminar waktu itu adalah Ir. Magaraja Onggang Parlindungan dan Buya Hamka.
Onggang Parlindungan seorang Letkol Purn TNI dan ahli bom tarik Pindad di Bandung dan pernah belajar di Jerman.Parlindungan mendapat perhatian luar biasa dari masyarakat karena bukunya yang baru terbit berjudul Tuanku Rao.

Senin, 21 Agustus 2017

Melayu dan Minangkabau Bagaikan Dua Sisi Mata Uang

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie
Pada judul tulisan ini, saya meletakkan kata dan di antara kata Melayu dan Minangkabau. Kata dan memang berfungsi sebagai kata penghubung dalam satu kalimat. Tapi yang saya maksudkan lebih dari itu bahwa kata dan itu menunjukkan kesetaraan dan kesamaan tipe.
Itulah yang saya katakan: Melayu dan Minangkabau bagaikan dua sisi mata uang. Sisinya yang berbeda, sedangkan logamnya atau materi kertasnya sama. artinya yang satu itu juga.
Sekarang dari sisi mana kita hendak membicarakan Melayu?

Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin

OLEH H. Kamardi Rais Datuk Panjang Simulie
Kata-kata tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin adalah sebuah ungkapan atau perumpamaan yang kita terima dari nenek moyang kita dahulu. Pada masa kini ungkapan tersebut sudah amat populer. 

Minggu, 04 Juni 2017

Bung Hatta–Sjafruddin dan PDRI

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie (Ketua Umum LKAAM Sumbar)
Pada hari ini, 98 tahun yang silam, persisnya, tanggal 12 Agustus 1902, lahirlah seorang putra bangsa di Bukittinggi, Minangkabau. Putra itu adalah Dr. H. Mohammad Hatta yang kita kenal sebagai Proklamator Kemerdekaan RI, Wakil Presiden pertama, Perdana Menteri RI dan Perdana Menteri RIS 1949/1950.

Barangkali tidak perlu dijelaskan lagi bahwa tokoh Proklamator Kemerdekaan RI ini seorang tokoh teladan, jujur, lurus, disiplin, sederhana, taat beragama dan tokoh politik dan ekonom yang merakyat.

Minggu, 21 Februari 2016

Teka-teki Tokoh Legendaris Filsuf Kiri Tan Malaka

Pengantar redaksi
Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia, filsuf kiri, pemimpin Partai Komunis Indonesia, pendiri Partai Murba, dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Tan Malaka lahir 2 Juni 1897, Pandan Gadang, Limapuluah Kota, dan meninggal pada 21 Februari 1949, di Kabupaten Kediri. Hari ini 67 tahun sudah berlalu tokoh inspiratif ini meninggal dunia. Berikut tulisan Kamardi Rais Datuak P Simulie, yang diambil dari buku “Mesin Ketik Tua”. Selamat membaca.

Minggu, 01 Maret 2015

Pengarang A. Damhoeri dan Aksara Minang

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie
Bupati Alis Marajo berziarah ke makan A Damhoeri
Sebuah laporan dari daerah Kabupaten Limapuluh Kota mengatakan bahwa Bupati dr. Alis Marajo Datuk Sori Marajo bersama instansi terkait telah berziarah ke makam pengarang A. Damhoeri (almarhum) di Lurah Bukit, Kenagarian Balai Panjang, Kecamatan Sago Halaban baru-baru ini.

Minggu, 22 Februari 2015

Rivai Marlaut: The Old Journalist Never Die

OLEH Kamardi Rais Dt P Simulie
Adam Malik menanyakan Rivai Marlaut kepada penulis
Seorang wartawan tua telah pergi. Pergi untuk selamanya. Dia adalah Bapak Rivai Marlaut, mantan Pemimpin Redaksi Harian Haluan Padang.
Keluarga besar pers Sumatera Barat khususnya, dan Indonesia umumnya, berkabung. Berdukacita atas kepergiannya. Pergi untuk tidak kembali lagi. Seperti diibaratkan oleh mamang orang-orang tua kita. Bagi Pak Rivai, “Cupak sudah penuh, gantang sudah melimpah.”

Kamis, 29 Januari 2015

Sultan Alam Bagagarsyah, Raja Pagaruyung Terakhir sebagai Pahlawan Nasional

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P Simulie
Hari Jumat, 22 September 2006, saya selaku Ketua Umum Pucuk Pimpinan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat telah melewakan (mangambang laweh, marantang panjang) gelar Sangsako (gelar kehormatan) atas diri Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden Republik Indonesia) serta Ibu Ani Bambang Yudhoyono di Istano Basa Pagaruyung, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.

Rabu, 10 September 2014

Adat Perkawinan di Minangkabau

OLEH H. Kamardi Rais Datuk Panjang Simulie

Bentangan tulisan ini memaparkan aturan dan tata cara perkawinan di Minangkabau, Sumatera Barat. Minangkabau sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, garis keturunan menurut ibu.
Sistem kekerabatan matrilineal di dunia ini yang masih bertahan sampai sekarang hanya sekelompok kecil komunitas masyarakat di tepi danau Nyasa di Afrika. Sedangkan menurut Moh Yamin di dalam bukunya 6000 Tahun Sang Merah Putih konon keturunan pelaut orang Minang yang tinggal sampai abad ke-10 di Madagaskar juga menganut sistem kekerabatan matrilineal.

Rabu, 03 September 2014

Kisah Pesantren Syekh Abdur Rahman


OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Masjid di Pesantren Batu Ampa
seorang penasihat pemerintah Belanda, Prof. Dr. Snouck  Hurgronje (1875-1936) menuliskan kesan-kesannya tentang pondok pesantren di Jawa.
Katanya, pesantren itu tidak lebih dari sebuah gedung berbentuk empat persegi. Biasanya dibangun dari bambu, tetapi di desa yang makmur tidak jarang bangunan itu dari kayu.
Tangga pondok dihubungkan ke sumur oleh seleret batu titian, sehingga santri-santri yang kebanyakannya tidak bersepatu dapat mencuci kakinya sebelum naik ke pondok masing-masing.
Batu air dideretkan dari kulah (sumur untuk beruduk para santri) dengan jarak sepelangkahan menuju gedung pesantren (surau). Para santri itu melangkah dari batu ke batu agar kakinya tidak terinjak najis.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...