Selasa, 19 Maret 2024

Pesantren Ramadhan di Kota Padang

Kegiatan Pesantren Ramadhan di Padang


Ratusan ribu anak sekolah di Padang, Sumatera Barat mulai Senin lalu (minggu kedua Ramadhan), hingga tiga hari menjelang Idul Fitri, terlibat dalam kegiatan Pesantren Ramadhan. Mereka dibimbing oleh semua guru yang tinggal di lingkungan mereka sepanjang pagi hingga menjelang siang di masjid lingkungannya.

Seusai Sahur, Padang praktis hiruk pikuk oleh suara anak-anak membaca ayat-ayat pendek lewat pengeras suara di masjid dan surau/mushalla di dekat rumah mereka. Suara lengkingan anak-anak SD, membuat mata yang tadi mengantuk menjadi nyalang. Bahkan di beberapa tempat anak TK pun ikut Pesantren Ramadhan. Ini disebabkan karena mereka merengek minta diikutkan.

Untuk SD sebenarnya yang diwajibkan hanya kelas 4, 5 dan 6. Tapi yang ikut justru semua anak dari kelas 1 sampai kelas 6. Orangtua mereka antusias mengantarkan anak-anaknya ke masjid. Dengan demikian bukan hanya anak-anak, tapi orangtua mereka praktis ikut Pesantren Ramadhan.

Pesantren Ramadhan dilengkapi dengan kurikulum yang disusun pemerintah kota. Pemerintah juga menyediakan dana penunjang. Nilai ujian Pesantren Ramadhan dikaitkan dengan nilai rapor di sekolah. PR dilaksanakan atas inisiatif Walikota Padang Fauzi Bahar. Sampai 2005 sudah dua kali dilaksanakan. Begitu ada Pesantren Ramadhan, pada saat yang sama “asmara subuh” di Pantai Padang lenyap sudah. Kegiatan keagamaan ini mendapat sambutan luas dari warga kota. Apalagi, Fauzi Bahar pada beberapa kesempatan selalu menyatakan, PR membawa berkah yang baik bagi anak-anak.

“Mereka akan terhindar dari srigala yang bernama narkoba tersebut,” katanya.

Ia memprediksi, hasil Pesantren Ramadhan  ini akan terlihat 10 tahun mendatang. “Kota Padang akan benar-benar aman dan orang luar akan berduyun-duyun menyekolahkan anaknya ke sini,” katanya.

Fauzi Bahar dan wakilnya Yusman Kasim memang banyak melakukan gebrakan. Sejak menjadi pejabat di Padang dua tahun lalu, keduanya menyikat judi togel. Setelah sukses baru terdengar suara Kapolri yang menyatakan perang terhadap judi.

Padang juga menyikat WTS, dan sukses. Padang kemudian menerapkan wajib jilbab bagi anak sekolah muslim. Tak tahunya, para penentang hiruk dan ribut tak karuan, menuduh Walikota Padang mau melakukan islamisasi.

Sesungguhnya, di Minangkabau anak sekolah banyak berjilbab daripada yang tidak. Yang berjilbab atau pun yang tidak, tiap hari Jumat semuanya memakai jilbab dan baju kurung. Tak sampai di situ saja, Fauzi juga tiap pekan menggalakkan zikir massal.

Kemudian ia memasyarakatkan salat Zuhur berjamaah di sebuah kantor dan sekolah di Padang. Semuanya disambut baik oleh warga, namun ada juga yang mencibir.

Dengan semangat islami yang kuat itulah, kemudian Pesantren Ramadhan digelar. Anak-anak di kota itu aktif di masjid, sesuatu yang tentunya sangat bermanfaat.

“Dengan pesantren kilat ini, tak ada lagi anak-anak yang malas sahur, sebab mereka harus ikut pesantren pagi hari,” kata Fauzi.  

Peserta mendapat sertifikat yang ditandatangani Walikota. Fotokopi sertifikat tadi harus diserahkan ke sekolah untuk dicatat dan dinilai oleh sekolah masing- masing. Masih menurut Fauzi, ayat-ayat pendek yang hafal olehnya saat ini, adalah ayat pendek yang dihapal waktu SD dulu.

“Sekarang saya Walikota, ayat pendek yang saya baca saat salat justru yang hapal saat di SD dulu. Tidak ada waktu untuk menghapal ayat pendek lagi setelah tamat SD. Karena itu, Pesantren Ramadhan untuk anak SD lebih difokuskan pada hapalan ayat-ayat pendek,” kata Fauzi.

Menurut catatan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Nur Amin, yang ikut Pesantren Ramadhan lebih dari 170 ribu orang anak, lebih banyak dari tahun lalu, yang hanya 150 ribu orang anak.

Rinciannya, SD 97.264 orang, madrasah ibtidaiyah (MI) 2.479, SMP 35.218, MTsN 4.229, SMP 35.218, SMA 24.235, MA 2.030, dan SMK 13.133 orang. Mereka mengikuti Pesantren Ramadhan di semua masjid dan musala  di lingkungan mereka. Selain ada guru khusus, guru-guru yang berada di lingkungan mereka juga dilibatkan. Untuk memudahkan pelaksanaan Pesantren Ramadhan, peserta setingkat SD (di beberapa tempat anak TK pun ikut) dialokasikan waktu selama seminggu kedua Ramadhan. Untuk SMP minggu ketiga dan SMA minggu keempat. Mata ajar tiap tingkatan sekolah berbeda-beda, sehingga terasa betul, Pesantren Ramadhan memang berguna bagi generasi muda di kota itu.

Selain Pesantren Ramadhan, anak-anak itu juga mengikuti tarawih dan mencatat pengajian ustad sebagai tugas dari sekolah masing-masing. Maka, praktis sepanjang Ramadhan, waktu anak-anak Islam di Padang benar-benar habis untuk kegiatan keagamaan. Sayang, mereka mengeluh, sekolah tidak diliburkan. Padahal mereka berharap Ramadhan bisa libur. ***

Harian Republika, Padang, 15 Oktober 2005

Sumber: Buku Khairul Jasmi Minangkabau dalam Reportase (Kumpulan Feature), Penerbit Kabarita Padang, Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...