Jumat, 28 Agustus 2015

Analisis Resensi Novel Tanah Ombak Karya Abrar Yusra, Dari Investigasi ke Fiksi

OLEH Sastri Sunarti (Peneliti Sastra Pusat Bahasa)
Abrar Yusra, Tanah Ombak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Cetakan Pertama, April 2002
Kita mengenal beberapa nama pengarang Indonesia yang memiliki latar belakang sebagai wartawan yang juga merangkap sebagai penulis prosa atau puisi. Misalnya, Mochtar Lubis, Harris Effendi Thahar, Veven Sp. Wardhana, dan sederet nama lainnya yang awalnya adalah seorang jurnalis kemudian menjadi novelis maupun cerpenis. Abrar Yusra, termasuk salah seorang wartawan yang kemudian juga tergoda untuk menulis karya sastra berdasarkan pengalaman kewartawanannya.
Novel Tanah Ombak adalah karya novel Abrar yang pertama yang pernah diterbitkan. Novel ini menggambarkan hubungan “istimewa” antara Abim seorang wartawan dengan seorang hostes yang bekerja di sebuah nite club. Awalnya kehadiran Abim ke nite club itu semata-mata untuk memenuhi rasa ingin tahunya mengenai kehidupan malam di kotanya. Dari rasa ingin tahu tersebut, mulai tumbuh semacam empati terhadap salah seorang hostes di nite club itu yang bernama Yasmi.

Rabu, 26 Agustus 2015

Orasi Sastra: Kesaksian Personal

(Disampaikan dalam Silaturahmi Sastrawan Sumatera Barat)

OLEH Darman Moenir
Sastrawan

Saya berbahagia berpidato sastra yang bersifat personal pada hari ini, Sabtu, 22 Agustus 2015.
Betapa lagi pidato ini harus dimulai dengan menyebut halaman Remaja Minggu Ini (RMI) Harian Haluan yang berawal pada 1976 dan berakhir 1999. Ruang ini jadi persemaian kelahiran sastrawan dari Sumatera Tengah penggal kedua abad lampau. Pula, masa-masa itu mendatangkan kenangan tersendiri, sesudah dinamika Grup Krikil Tajam yang saya pimpin pada 1973, berakhir. Sebelum RMI eksis, sudah ada halaman Budaya Minggu Ini (BMI) tiap Selasa.
Izinkan saya menjelaskan, Haluan adalah salah satu surat kabar tertua di Indonesia, didirikan oleh H. Kasoema bersama Adaham Hasibuan dan Amarullah Ombak Lubis. Menurut Wikipedia, Ensiklopedia bebas, edisi perdana Haluan terbit pada 1 Mei 1948 di Bukittinggi. Selama dan sehabis pergolakan PRRI, April 1958 sampai Mei 1969, surat kabar ini berhenti terbit. Pada bulan Mei 1969 Haluan kembali beredar. Tercatat wartawan yang mengawaki Haluan, antara lain, H. Kasoema, Rivai Marlaut, Chairul Harun, M. Joesfik Helmy, Sjafri Segeh, Annas Lubuk, A. Pasni Sata, Rusli Marzuki Saria, Basri Segeh, Sy. Datuk Tuo. Pada generasi berikut muncul nama-nama Benny Aziz, Nasrul Djalal, Sjukril Sjukur, Azurlis Habib, Ersi Rusli, Darman Moenir, Masri Marjan, Wall Paragoan, Yalvema Miaz, Herman L., Mufthi Syarfie.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...