Rabu, 31 Mei 2017

Realitas Nagari sebagai Akar Orang Minagkabau

OLEH Sondri Datuak Kayo (Budayawan)
Nagari merupakan tempat yang paling menyenangkan dalam memori seorang Minang, namun kadangkala menjadi tempat yang tidak mengenakkan juga. Antara keinginan pergi merantau dan keinginan pulang ke kampung adalah dua rasa yang bertolak belakang dalam jiwa seorang Minang. Perasaan ini sering dituangkan dalam syair-syair lagu dan dendang serta pepatah orang Minang. Sepertinya sedikit jalan untuk menjadi besar di kampung halaman. Kalau ingin mencari tuah dan kejayaan mesti merantau dulu. Seperti pepatah yang sudah sangat hafal bagi seluruh orang Minang “karatau madang di ulu, babuah babungo balun, marantau bujang daulu, di kampuang paguno balun”. Ketika di rantau kampung halaman terasa ‘memanggil-manggil’.

Tokoh Minang untuk Indonesia

OLEH Sondri Datuak Kayo (Budayawan)
Tak terlihatnya lagi orang Minang yang menjadi elite politik level satu telah menjadi kerisauan tokoh-tokoh yang berasal atau berdarahkan Minang. Peran level satu dapat kita tafsirkan sebagai tokoh yang mewarnai kepemimpinan nasional baik sebagai pimpinan partai politik, pimpinan-pimpinan lembaga tinggi negara seperti presiden dan wakil presiden, DPR dan MPR yang merupakan muara dari ketokohan politik seseorang. Selain menduduki jabatan pada lembaga-lembaga strategis negara, elite politik level satu ini bisa juga sebagai negarawan dan tokoh yang memiliki karisma dan pengaruh politik yang luas.

Jumat, 05 Mei 2017

Demokrasi Liberal Versus ‘Demokrasi Minangkabau’


OLEH Sondri (Ketua Badan Pelaksana Jaringan Masyarakat Pegiat Demokrasi (Jampers Indonesia)
Perkembangan demokrasi di Indonesia pasca reformasi 1998 di satu sisi merupakan hal yang menggembirakan, namun di sisi lain merupakan tantangan besar bagi seluruh elemen bangsa dalam menata arah bangsa Indonesia selanjutnya. Sistem demokrasi yang saat ini dijalankan oleh bangsa Indonesia mestinya bertujuan untuk mewujudkan adanya kesamaan dan kesetaraan hak dan kewajiban serta terwujudnya kesejahteraan yang merata dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun banyak persoalan yang terjadi, seperti maraknya korupsi, belum adanya pemerataan kesempatan dan kesejahteraan serta masih lambatnya pemerataan pembangunan dalam berbagai bidang telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang tentang tujuan dari kehidupan berdemokrasi di Indonesia kini.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...